Haji Furoda Resmi 2025 Tanpa Antri

Call Now

0812-2005-281

Location

Kav AL. Jl. Laut Banda Blok D1 No.5, Duren Sawit – Jakarta 13440

Time Operational

09.00 AM – 05.00 PM

Tawadhu’ dalam Umrah: Kunci Jiwa yang Tenang dan Ibadah yang Diterima

Dalam setiap perjalanan ibadah, khususnya umrah, ada satu sikap yang sangat penting untuk dimiliki: tawadhu’. Sikap ini mencerminkan kerendahan hati, kesadaran bahwa kita hanyalah hamba yang lemah di hadapan kebesaran Allah SWT. Seorang yang tawadhu’ tidak memandang dirinya lebih unggul dari orang lain—baik dari segi kekayaan, status sosial, maupun pencapaian duniawi.
Tawadhu’ bukan sekadar sikap lahiriah, tetapi sikap batin yang tumbuh dari kesadaran spiritual. Ia akan tampak dalam sikap kita saat menghadapi ujian, dalam kesabaran saat menghadapi kesulitan, dan dalam keikhlasan menerima setiap takdir dari Allah. Sikap ini sangat disukai oleh Allah, dan karenanya, penting bagi setiap jamaah untuk melatihnya sejak sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Sumber Segala Kemampuan adalah dari Allah
Dalam hidup, kita kerap terjebak merasa berhasil karena upaya diri sendiri. Padahal, semua yang kita miliki—harta, jabatan, kehormatan, bahkan kesempatan untuk berumrah—tidak lain hanyalah titipan dari Allah SWT. Karena itu, penting bagi kita untuk tidak tinggi hati atas apa pun yang dimiliki. Menyadari bahwa semua terjadi atas izin-Nya adalah langkah awal untuk membangun sikap tawadhu’ dalam hati.

Kisah Nyata: Saat Tawadhu dan Sabar Menjadi Penyelamat
Sebuah kisah dari salah seorang jamaah bisa menjadi pengingat bagi kita semua. Dalam perjalanan umrahnya bersama sang istri, ia mengalami peristiwa yang tak terlupakan. Ketika tiba di Makkah, tanpa sengaja ia tertinggal tas di bus yang berisi dokumen penting, ponsel, dan identitas. Meski sedang berada di Masjidil Haram, ia tak bisa menghubungi siapa pun.
Setelah menunaikan umrah dan salat sunnah di Hijr Ismail, ia menyadari bahwa ia terpisah dari rombongan, termasuk sang istri. Selama hampir tiga jam, ia berkeliling dalam kondisi tanpa identitas dan tidak mendapat bantuan dari pihak hotel. Kepanikan mulai menghampiri, namun ia terus bersabar dan berdoa.
Di tengah keputusasaan, ia bertemu seorang jamaah asal Indonesia yang turut mendoakannya. Ia pun mendapat ilham untuk pergi ke Menara Jam (Clock Tower), berharap bisa bertemu kembali dengan rombongan. Atas izin Allah, pertemuan itu benar-benar terjadi. Ia menemukan kembali istrinya dan rombongan dalam keadaan selamat.

Pelajaran dari Peristiwa Tersebut
Kisah tersebut memberikan pesan mendalam: kerendahan hati dan kesabaran dalam situasi sulit dapat menjadi kunci keselamatan dan pertolongan Allah. Tidak ada yang bisa diandalkan sepenuhnya selain tawakal dan kepasrahan. Bahkan dalam kondisi penuh kecemasan dan keterbatasan, seorang hamba yang rendah hati akan tetap dilindungi oleh-Nya.
Sebaliknya, sikap merasa paling baik, merasa ibadahnya paling sempurna, atau bahkan berniat umrah demi citra di media sosial adalah bentuk keangkuhan yang dapat mengurangi nilai ibadah itu sendiri. Umrah adalah ibadah yang menuntut keikhlasan total.

Cara Menumbuhkan Sikap Tawadhu
Menanamkan sikap tawadhu dimulai dari hubungan kita dengan Allah. Bangunlah kebiasaan beribadah yang ikhlas, seperti:

  • Menjaga sholat malam (tahajjud)
  • Memperbanyak istighfar, terutama menjelang subuh
  • Membiasakan zikir dan doa dengan penuh kesadaran
  • Membaca Al-Qur’an untuk membersihkan hati
    Dengan membiasakan diri dalam ibadah-ibadah tersebut, kita akan lebih mudah menghindari penyakit hati seperti ujub, riya, iri, atau dengki.

Bawa Tawadhu ke Tanah Suci
Ketika Anda melangkah ke Tanah Suci, bawalah jiwa yang bersih dan hati yang lembut. Jangan biarkan niat yang tercampur kesombongan merusak nilai ibadah Anda. Jangan merasa lebih tinggi dari mereka yang belum berangkat umrah. Ingat, semua adalah ketetapan Allah. Yang dinilai bukan sekadar fisik Anda sampai ke Baitullah, tapi juga kebeningan hati selama menjalaninya.

Penutup
Tawadhu bukan hanya sikap yang dianjurkan, tetapi jalan menuju keikhlasan, ketenangan, dan keberkahan. Dalam ibadah umrah, sikap ini menjadi jembatan menuju pengalaman spiritual yang sejati. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk berumrah dengan hati yang rendah, penuh syukur, dan kembali sebagai hamba yang lebih dekat dengan Allah SWT.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top